Ideatax

Banjir besar yang melanda wilayah Sumatera dan Aceh menjadi pengingat bahwa kerusakan lingkungan dapat membawa dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Selain curah hujan tinggi, praktik illegal logging dan illegal mining menyebabkan kawasan hulu kehilangan kemampuan menyerap air secara optimal, sehingga banjir bandang tidak bisa dihindari. Situasi ini menunjukkan bahwa keputusan investasi tidak bisa lagi sekadar mengacu pada angka finansial seperti return on equity, return on asset, atau indikator profitabilitas lain.

 

Apa Itu Investasi yang Bertanggung Jawab?

 

Investasi yang bertanggung jawab menekankan pentingnya menyalurkan modal ke sektor usaha yang berkelanjutan. Pendekatan ini mempertimbangkan tiga aspek utama, yakni Environmental, Social, and Governance (ESG).

 

Melalui kewajiban pelaporan ESG, perusahaan tak hanya melaporkan kondisi keuangan, tetapi juga menyampaikan sikap dan kebijakan mereka terhadap isu lingkungan, sosial, dan tata kelola. Laporan ini menjadi dasar bagi investor untuk menilai sejauh mana perusahaan menerapkan good corporate governance dan etika usaha yang sehat.

 

Sejarah Perkembangan ESG

 

Konsep ESG merupakan hasil perjalanan panjang dari gerakan investasi etis sejak abad ke-18. Pada 1758, komunitas Quaker di Amerika Serikat melarang investasinya untuk bisnis yang dianggap tidak bermoral seperti perdagangan budak. Gerakan Socially Responsible Investing (SRI) semakin kuat pada abad ke-20.

 

Pada 1960–1970-an, protes publik terkait Perang Vietnam dan diskriminasi rasial mendorong investor menolak perusahaan yang tidak menghormati hak sipil. Pada 1980-an, konsep berkelanjutan mulai berkembang secara global. Pada 1987, laporan Our Common Future yang disusun oleh Komisi Brundtland PBB memperkenalkan definisi pembangunan berkelanjutan yang menjadi fondasi bagi faktor Environmental dalam ESG. Dekade ini juga ditandai meningkatnya perhatian pada bencana industri seperti kebocoran gas Bhopal (1984) dan tumpahan minyak Exxon Valdez (1989).

 

Masuk ke 1990–2000-an, perhatian terhadap tata kelola perusahaan meningkat melalui skandal besar seperti Enron dan WorldCom yang melahirkan regulasi baru. Inisiatif global seperti UN Global Compact pada tahun 2000 memperkuat fondasi ESG modern.

 

Tonggak utama ESG muncul pada 2004 ketika UNEP FI menerbitkan laporan “Who Cares Wins” yang pertama kali menggunakan istilah ESG secara resmi. Pada 2006, PBB meluncurkan Principles for Responsible Investment (PRI) yang mendorong ratusan manajer investasi global mengadopsi ESG sebagai standar.

 

Perkembangan ESG di Indonesia

 

Meskipun ESG telah menjadi standar internasional, di Indonesia kewajiban pelaporan berkelanjutan baru diatur untuk industri keuangan melalui POJK 51/POJK.03/2017. Aturan ini menetapkan kewajiban penyampaian laporan berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik.

 

Peraturan tersebut juga mengatur delapan prinsip penerapan laporan berkelanjutan, yakni:

 

  1. Prinsip investasi bertanggung jawab
  2. Prinsip strategi dan praktik bisnis berkelanjutan
  3. Prinsip pengelolaan risiko sosial dan lingkungan hidup
  4. Prinsip tata kelola
  5. Prinsip inklusif
  6. Prinsip pengembangan sektor unggulan prioritas
  7. Prinsip koordinasi dan kolaborasi

 

Sebelum menyampaikan laporan berkelanjutan yang memuat pilar ESG, industri keuangan wajib menyerahkan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan setiap tahun paling lambat 31 Januari, sebagai bagian dari kepatuhan terhadap good corporate governance.

 

Guna membantu melihat gambaran umum mengenai isu-isu terkait penerapan ESG. Berikut beberapa pertanyaan yang paling sering diajukan.

 

  1. Apa itu Environmental, Social, and Governance (ESG)?

    ESG adalah konsep investasi yang menekankan tiga pilar utama, yakni lingkungan, sosial, dan tata kelola. Pendekatan ini mendorong investor mempertimbangkan berkelanjutan dan etika usaha dalam mengambil keputusan investasi.

     

  2. Apakah ESG sudah diwajibkan di Indonesia?

    Ya, tetapi saat ini kewajiban pelaporan berkelanjutan melalui laporan ESG baru diterapkan pada industri keuangan, emiten, dan perusahaan publik melalui POJK 51/2017.

     

  3. Mengapa ESG penting dalam keputusan investasi?

    ESG penting karena keputusan investasi tidak lagi cukup hanya mengacu pada data finansial. Aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola dapat mempengaruhi risiko dan keberlanjutan perusahaan, terutama dalam mencegah dampak negatif seperti kerusakan lingkungan.

Previous

Share:

Comments (0)


profile